Penyakit Yang Tidak Bisa Diklaim Asuransi Prudential
04/09/2025
Banyak orang terkejut pas klaimnya ditolak Prudential, padahal udah bayar premi rutin bertahun-tahun. Sebetulnya ini wajar sih, karena memang ada penyakit-penyakit tertentu yang gak bakal dikover sama perusahaan asuransi manapun, termasuk Prudential. Masalahnya, kebanyakan nasabah gak tahu atau gak pernah diberi tahu secara jelas sama agen tentang hal ini waktu tanda tangan polis. Hasilnya? Shock pas lagi butuh klaim, terus kesel sendiri merasa ditipu. Padahal semua ketentuan ini sebetulnya udah tertulis di polis, cuma mungkin agak "tersembunyi" dalam bahasa legal yang bikin pusing, simak juga Call Center Prudential.
Prudential punya daftar penyakit yang gak bisa diklaim, dan ini bukan cuma sekedar iseng aja loh. Ada alasan bisnis dan medis di baliknya.
Hernia bawaan sejak lahir sampai usia 10 tahun masuk kategori yang gak diklaim Prudential. Ini termasuk semua kelainan bawaan yang udah ada dari lahir. Katarak kongenital juga sama, gak akan dikover. Logikanya simpel sih - ini bukan "risiko" yang baru muncul setelah kamu jadi nasabah, tapi kondisi yang memang udah ada sejak awal. Perusahaan asuransi kan bisnis, mereka gak mau bayar untuk kondisi yang udah bisa diprediksi dari awal.
Gangguan tumbuh kembang pada anak juga masuk kategori ini. Autism spectrum disorder, ADHD, cerebral palsy - semua gak akan diklaim. Bukan berarti Prudential diskriminatif ya, tapi memang prinsip asuransi itu untuk menanggung risiko yang unpredictable, bukan kondisi yang udah ada atau bisa diprediksi.
Diabetes, hipertensi, dan tiroid masuk daftar hitam Prudential. Ini yang sering bikin nasabah kesel, soalnya penyakit-penyakit ini kan common banget di Indonesia. Tapi ya gitu, once diagnosed, ini jadi penyakit seumur hidup yang butuh treatment kontinyu. Prudential mikir, kalo mereka cover ini, mereka bakal rugi besar karena klaimnya pasti terus-menerus.
Asma juga gak diklaim, terutama yang udah ada sebelum polis aktif. Ini tricky sih, karena banyak orang gak sadar kalo mereka asma. Cuma sesak napas dikit pas olahraga, gak kepikiran itu asma. Eh pas claim ditolak karena "pre-existing condition". Makanya penting banget medical check-up yang honest waktu apply asuransi.
Penyakit mental secara umum gak diklaim sama Prudential. Depression, anxiety disorder, bipolar, schizophrenia - semua masuk kategori exclusion. Ini kontroversial banget sih, apalagi di era sekarang awareness mental health makin tinggi. Tapi memang treatment penyakit mental itu costly dan long-term, jadi dari sisi bisnis asuransi, mereka menghindari risiko ini.
Yang bikin sedih, banyak orang yang sebetulnya butuh bantuan mental health malah jadi gak berobat karena gak ada coverage. Padahal mental health itu sama pentingnya dengan physical health. Tapi ya beginilah realita industri asuransi saat ini.
HIV/AIDS dan hepatitis B/C masuk kategori yang gak diklaim. Tuberkulosis juga sama. Ini bukan diskriminasi, tapi lebih ke risk assessment. Treatment untuk penyakit-penyakit ini mahal dan kompleks, plus ada stigma sosial yang masih kuat di masyarakat Indonesia.
TBC yang sebetulnya bisa disembuhkan total kalo treatment-nya proper, tetep aja masuk exclusion list. Padahal Indonesia kan negara dengan kasus TBC tinggi. Tapi ya gitu, asuransi itu bisnis, bukan charity. Mereka harus protect diri mereka sendiri dari kerugian.
Tumor, benjolan, dan kista yang udah ada sebelum polis aktif gak akan diklaim. Ini yang sering jadi perdebatan, karena banyak orang punya kista atau benjolan kecil yang gak disadari. Pas medical check-up gak kedeteksi, tapi beberapa tahun kemudian membesar dan butuh operasi. Nah ini yang biasanya jadi grey area dalam klaim.
Prudential biasanya bakal investigate thorough banget untuk kasus-kasus gini. Mereka akan cek rekam medis dari tahun-tahun sebelumnya, bahkan sampai ke dokter keluarga atau puskesmas. Kalo ketahuan ada indikasi penyakit ini udah ada sebelum polis aktif, ya ditolak klaimnya.
Wasir dan fistula di anus masuk kategori yang gak diklaim. Ini mungkin kedengeran sepele, tapi sebetulnya cukup common di Indonesia, terutama karena pola makan dan lifestyle. Treatment wasir yang severe bisa cukup costly, apalagi kalo sampai butuh operasi berkali-kali.
Batu ginjal dan masalah prostat juga biasanya masuk exclusion, terutama yang chronic. Ini penyakit yang bisa relapse dan butuh treatment jangka panjang, jadi wajar kalo asuransi avoid risiko ini.
Kenapa sih Prudential (dan asuransi lain) punya daftar exclusion yang panjang gini?
Perusahaan asuransi itu punya tim aktuaris yang kerjanya ngitung-ngitung risiko dan probabilitas. Mereka analisis data medis nasional, epidemiologi, dan cost of treatment untuk berbagai penyakit. Dari situ mereka tentukan mana yang "affordable" untuk diklaim dan mana yang bakal bikin mereka bangkrut.
Penyakit kronis seperti diabetes atau hipertensi itu predictable outcome-nya. Once diagnosed, pasti butuh obat seumur hidup, kontrol rutin, dan kemungkinan komplikasi yang mahal treatment-nya. Dari sisi bisnis, ini loss-making proposition.
Ini konsep penting dalam asuransi. Kalo semua penyakit diklaim, yang bakal apply asuransi adalah orang-orang yang udah tahu mereka punya risiko tinggi. Orang sehat malah gak tertarik beli asuransi. Hasilnya, pool of insured people jadi dominated sama high-risk individuals, dan ini gak sustainable untuk bisnis asuransi.
Makanya ada medical check-up, waiting period, dan exclusion list. Ini cara mereka maintain balance antara low-risk dan high-risk members.
Asuransi juga khawatir sama moral hazard - dimana orang jadi less careful dengan kesehatannya karena tau ada coverage. Kalo semua penyakit diklaim tanpa syarat, ada kemungkinan orang jadi gak peduli lifestyle, gak prevention, karena "toh nanti ada asuransi yang bayar".
Gimana caranya supaya klaim kita gak ditolak? Ada beberapa hal yang bisa dilakukan.
Jangan pernah bohong waktu medical check-up atau isi aplikasi asuransi. Prudential punya akses ke database medis dan mereka bisa investigate rekam medis kamu bertahun-tahun ke belakang. Kalo ketahuan ada yang disembunyikan, bukan cuma klaim yang ditolak, polis kamu bisa di-cancel dan premi yang udah dibayar gak dikembalikan.
Better jujur dari awal, meskipun mungkin preminya jadi lebih mahal atau ada exclusion tertentu. Daripada nanti shock pas claim ditolak.
Setiap penyakit ada waiting period-nya. Misalnya untuk penyakit kritis biasanya 90 hari, untuk penyakit tertentu bisa sampai 2 tahun. Jangan expect bisa langsung claim begitu polis aktif. Ini bukan trickery, tapi memang standard practice industri asuransi.
Policy wording itu boring dan panjang, tapi penting banget dibaca. Di situ ada detail exclusions, waiting periods, benefit limits, dan syarat-syarat claim. Jangan cuma dengerin penjelasan agen yang mungkin gak complete atau biased.
Simpan semua rekam medis, hasil lab, resep dokter, dan kwitansi pengobatan. Pas claim, ini semua bakal diminta. Kalo gak lengkap, proses claim bisa tertunda atau malah ditolak.
Terus gimana dong kalo punya penyakit yang masuk exclusion list Prudential?
Ada beberapa produk asuransi yang specifically cover penyakit tertentu. Misalnya asuransi khusus diabetes, atau asuransi mental health. Preminya memang lebih mahal, tapi at least ada coverage.
BPJS masih jadi pilihan terbaik untuk penyakit kronis dan long-term treatment. Coverage-nya lebih comprehensive, dan gak ada exclusion list sepanjang Prudential. Cuma ya, service quality dan waiting time-nya yang kadang bikin frustasi.
Buat orang yang udah punya penyakit kronis atau high-risk, mungkin lebih masuk akal nabung sendiri untuk emergency fund healthcare daripada bayar premi asuransi yang ujung-ujungnya gak bisa diklaim.
Sebetulnya masalah utama bukan di exclusion list-nya, tapi di gap expectation antara nasabah dan perusahaan asuransi. Banyak agen yang overselling benefit dan underselling limitations. Mereka cuma bilang "semua penyakit ditanggung" tanpa explain detail exclusions.
Plus, kebanyakan orang malas baca policy document yang tebal dan full jargon legal. Mereka cuma percaya sama penjelasan agen, yang kadang gak complete atau bahkan misleading. Pas claim ditolak, baru deh kaget dan marah-marah.
Industri asuransi di Indonesia juga masih developing dalam hal transparansi dan customer education. Di negara maju, disclosure requirements lebih strict, dan agen wajib explain semua limitations secara clear. Di sini masih banyak yang main "sembunyi" informasi penting.
Prudential sebetulnya udah cukup transparent kalo kita mau cari tahu. Policy documents, benefit illustrations, dan exclusion lists semua available di website atau bisa diminta ke agen. Masalahnya, berapa banyak nasabah yang actively cari informasi ini sebelum tanda tangan?
Yang paling penting adalah mengubah mindset kita tentang asuransi. Ini bukan magic solution yang solve semua masalah kesehatan. Ini cuma salah satu tool financial planning yang punya limitations dan syarat-syarat tertentu. Understanding these limitations dari awal akan save kita dari disappointment di kemudian hari.
Jadi sebelum ambil keputusan asuransi apapun, especially yang expensive seperti Prudential, pastikan kamu udah pahami betul apa yang diklaim dan apa yang gak. Better spend time extra buat research dan baca-baca, daripada nanti nyesal dan merasa "ditipu" padahal sebetulnya semua informasi udah available dari awal.
Baca juga: Hasil Investasi 100
Ya itu saja informasi yang kami sampaikan tentang Penyakit Yang Tidak Bisa Diklaim Asuransi Prudential. Semoga bisa bermanfaat, dan anda bisa mencari topik serupa lainnya disini Asuransi Terimakasih.