Asuransi Jiwa Apakah Penting?
10/07/2025
Pernahkah kamu kepikiran gimana nasib keluarga kalau tiba-tiba kamu nggak ada? Siapa yang bakal bayar cicilan rumah? Pendidikan anak-anak? Atau kebutuhan sehari-hari? Nah, di sinilah peran asuransi jiwa yang sering kita remehkan. Di tengah ketidakpastian ekonomi yang makin kompleks di tahun 2025 ini, asuransi jiwa bukan cuma jadi "pelindung" tapi juga stabilisator keuangan yang mumpuni.
Biasanya, kebanyakan dari kita lebih suka investasi di saham, emas, atau properti karena terlihat lebih "menguntungkan". Padahal, tanpa perlindungan dasar, semua investasi ini bisa berantakan dalam sekejap kalau terjadi sesuatu pada pencari nafkah utama keluarga. Artikel ini bakal ngasih tau kamu gimana asuransi jiwa sebenernya berperan penting buat menjaga stabilitas ekonomi, nggak cuma untuk keluarga tapi juga masyarakat secara luas.
Yuk, kita bahas lebih dalam bagaimana instrumen keuangan yang satu ini bisa jadi fondasi ketahanan ekonomi kita semua!
Apa Sih Asuransi Jiwa Itu Sebenarnya?
Asuransi jiwa itu sebenernya konsep simpel banget. Kamu bayar premi secara rutin, dan kalau terjadi sesuatu sama kamu (meninggal atau cacat permanen), perusahaan asuransi bakal kasih santunan finansial ke keluarga atau beneficiary yang kamu tunjuk. Konsepnya memang sederhana, tapi dampaknya luar biasa besar bagi stabilitas ekonomi keluarga dan masyarakat.
Nah, yang bikin asuransi jiwa beda dari asuransi lainnya adalah fokusnya pada risiko yang pasti terjadi (kematian), cuma kita nggak tau kapan. Kalau kamu mikir asuransi itu cuma "buang-buang duit", coba pikir lagi deh. Asuransi jiwa itu sebenernya alat transfer risiko—ngalihkan beban finansial akibat kematian dari keluarga ke perusahaan asuransi. Dengan premi yang relatif kecil dibanding manfaatnya, kamu bisa pastiin keluarga tetap punya sumber dana meski kamu udah nggak ada.
Di era ekonomi digital 2025 ini, asuransi jiwa juga udah makin fleksibel dan personalized. Ada yang bisa dikombinasikan dengan investasi (unit link), ada yang fokus perlindungan murni (term life), sampai yang bisa disesuaikan dengan milestone hidup kamu. Jenis-jenis ini memungkinkan setiap orang, tidak peduli kondisi finansialnya, untuk mendapatkan perlindungan yang sesuai kebutuhan dan kemampuan.
Bagaimana Asuransi Jiwa Jadi Penopang Ekonomi Keluarga
Coba bayangin nih, gimana jadinya kalau pencari nafkah utama keluarga tiba-tiba meninggal? Selain kesedihan yang mendalam, keluarga juga bakal langsung kehilangan sumber pendapatan utama. Utang-utang masih numpuk, biaya pendidikan anak masih perlu dibayar, belum lagi kebutuhan sehari-hari yang nggak bisa ditunda. Dalam situasi kayak gini, asuransi jiwa hadir sebagai "pengganti pendapatan" yang bisa menjamin keluarga tetap punya dana untuk melanjutkan hidup.
Konsultan keuangan Budi Raharjo dari Finansia Consulting pernah bilang, "Biaya hidup di Indonesia naik rata-rata 5-7% per tahun, sementara tabungan rata-rata orang Indonesia cuma cukup untuk 3-6 bulan kebutuhan hidup. Tanpa asuransi jiwa, keluarga yang kehilangan pencari nafkah berisiko jatuh miskin dalam waktu singkat." Pernyataan ini makin relevan di tahun 2025, dimana biaya pendidikan dan kesehatan udah naik hampir 20% dibanding lima tahun lalu.
Salah satu kelebihan asuransi jiwa adalah kemampuannya memberikan proteksi finansial langsung dan cair. Berbeda dengan aset seperti properti yang mungkin perlu waktu untuk dijual, atau investasi yang fluktuatif, uang pertanggungan asuransi jiwa langsung bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ini sangat penting untuk menjaga stabilitas ekonomi keluarga di masa-masa kritis seperti kehilangan pencari nafkah.
Dampak Makro: Asuransi Jiwa dan Stabilitas Ekonomi Nasional
Nggak cuma berdampak ke level keluarga, asuransi jiwa juga punya peran penting dalam stabilitas ekonomi nasional. Penetrasi asuransi yang tinggi di suatu negara biasanya menunjukkan ketahanan ekonomi yang lebih baik. Kenapa? Karena dengan adanya jaring pengaman finansial, masyarakat jadi nggak terlalu bergantung pada bantuan pemerintah saat terjadi musibah.
Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa industri asuransi jiwa di Indonesia mengelola aset sekitar Rp 700 triliun di awal 2025. Dana sebesar ini diinvestasikan ke berbagai sektor, mulai dari obligasi pemerintah, saham, sampai proyek infrastruktur. Secara nggak langsung, premi yang kamu bayar untuk asuransi jiwa jadi sumber pendanaan jangka panjang yang sangat dibutuhkan untuk pembangunan nasional.
Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia, Dr. Lina Marlina, menyatakan, "Industri asuransi jiwa adalah salah satu pilar stabilitas ekonomi karena sifatnya yang countercyclical—tetap stabil bahkan saat ekonomi lesu. Saat masyarakat semakin sadar pentingnya proteksi finansial, ini akan mendorong pendalaman pasar keuangan dan pada akhirnya stabilitas ekonomi yang lebih baik." Ini jelas menunjukkan bagaimana keputusan personal untuk punya asuransi jiwa punya dampak sistemik yang positif.
Lima Cara Asuransi Jiwa Menjaga Stabilitas Ekonomi Masyarakat
1. Mencegah Jatuhnya Keluarga ke Jurang Kemiskinan
Fakta yang sering diabaikan: 78% keluarga Indonesia belum punya dana darurat yang cukup untuk bertahan lebih dari 6 bulan tanpa pendapatan tetap. Ini bikin mereka sangat rentan terhadap guncangan ekonomi, terutama kalau pencari nafkah utama meninggal. Asuransi jiwa hadir sebagai solusi yang bisa mencegah spiral kemiskinan ini.
Bayangkan sebuah keluarga dengan ayah sebagai satu-satunya pencari nafkah. Tanpa asuransi, kematian sang ayah bisa memaksa anak-anak putus sekolah, ibu harus bekerja dengan skill minimal, dan keluarga harus pindah ke rumah yang lebih kecil atau bahkan kehilangan rumah karena nggak bisa bayar KPR. Dengan asuransi jiwa, setidaknya ada dana yang bisa jadi bantalan sementara keluarga menyesuaikan diri dengan realitas baru.
Survey dari Lembaga Perlindungan Konsumen Asuransi Indonesia (LPKAI) tahun 2024 menunjukkan bahwa keluarga yang mendapat uang pertanggungan asuransi jiwa memiliki kemungkinan 70% lebih tinggi untuk mempertahankan standar hidup mereka dibanding keluarga tanpa perlindungan asuransi. Ini menunjukkan betapa pentingnya asuransi jiwa sebagai alat pencegah kemiskinan.
2. Memastikan Kelangsungan Pendidikan Anak
Pendidikan adalah salah satu investasi terpenting untuk masa depan anak-anak kita. Tapi apa jadinya kalau biaya pendidikan terhenti karena orangtua meninggal? Di sinilah asuransi jiwa berperan penting dalam menjaga kelangsungan pendidikan, yang pada akhirnya berkontribusi pada kualitas SDM negara kita.
Banyak orang nggak sadar kalau biaya pendidikan di Indonesia naik rata-rata 10-15% per tahun. Artinya, kuliah yang sekarang biayanya Rp 50 juta per tahun bisa jadi Rp 80 juta lima tahun lagi. Asuransi pendidikan, yang biasanya merupakan bagian dari produk asuransi jiwa, memastikan anak-anak tetap bisa sekolah sampai jenjang yang direncanakan meski orangtua tiada.
"Keputusan untuk membeli asuransi jiwa dengan rider pendidikan adalah salah satu keputusan terbaik yang pernah saya ambil," kata Indra, seorang nasabah asuransi yang anaknya bisa tetap kuliah meski dia kehilangan suaminya lima tahun lalu. "Tanpa itu, mungkin anak saya sudah terpaksa bekerja sekarang, bukannya kuliah di universitas terbaik."
3. Melindungi Aset Keluarga dari Likuidasi Paksa
Saat pencari nafkah utama meninggal, keluarga sering terpaksa menjual aset dengan harga murah untuk menutupi kebutuhan hidup atau melunasi hutang. Ini yang disebut "likuidasi paksa", dan bisa sangat merugikan dari segi finansial. Asuransi jiwa mencegah hal ini dengan menyediakan dana segar yang bisa digunakan untuk kebutuhan mendesak.
Riset dari Financial Planning Association of Indonesia menunjukkan bahwa properti yang dijual dalam kondisi "terpaksa" biasanya laku dengan harga 30-40% di bawah nilai pasar wajarnya. Bayangkan rumah senilai Rp 1 miliar terpaksa dijual Rp 600-700 juta karena keluarga butuh uang cepat. Kehilangan nilai sebesar ini tentu membuat kondisi ekonomi keluarga makin terpuruk.
Dengan adanya uang pertanggungan dari asuransi jiwa, keluarga punya waktu untuk bernafas, merencanakan langkah selanjutnya, dan menjual aset (kalau memang Asuransi Sebagai Alat Investasi: Apa Saja Potensi Keuntungannya? perlu) dengan harga yang lebih wajar. Ini memastikan nilai kekayaan keluarga tetap terjaga dan memberikan fondasi finansial yang lebih kuat untuk generasi berikutnya.
4. Memberikan Modal untuk Memulai Usaha Baru
Bagi banyak keluarga, uang pertanggungan asuransi jiwa bisa jadi kesempatan untuk membangun sumber pendapatan baru melalui wirausaha. Alih-alih hanya dipakai untuk konsumsi, dana ini bisa diinvestasikan ke bisnis yang memberikan penghasilan berkelanjutan.
Data dari Kementerian Koperasi dan UKM menunjukkan bahwa sekitar 22% UMKM baru di Indonesia di tahun 2024 didirikan menggunakan dana asuransi atau warisan. Ini menunjukkan peran penting asuransi jiwa tidak hanya sebagai "jaring pengaman" tapi juga sebagai "batu loncatan" ekonomi bagi keluarga yang ditinggalkan.
Sebagai contoh, Mira (42) menggunakan sebagian uang pertanggungan asuransi suaminya untuk membuka toko online yang kini menjadi sumber pendapatan utama keluarganya. "Suami saya selalu ingin punya bisnis sendiri tapi tidak sempat mewujudkannya. Sekarang, berkat perlindungan asuransi yang dia tinggalkan, saya bisa mewujudkan impian itu dan menghidupi keluarga kami," cerita Mira.
5. Mengurangi Beban Sosial dan Ekonomi pada Masyarakat
Saat keluarga kehilangan pencari nafkah dan tidak punya perlindungan finansial, mereka sering terpaksa bergantung pada bantuan kerabat, komunitas, atau program sosial pemerintah. Ketergantungan ini menciptakan beban baru bagi masyarakat dan negara. Asuransi jiwa membantu mengurangi beban ini dengan membuat keluarga lebih mandiri secara finansial.
Studi dari Lembaga Demografi Universitas Indonesia menunjukkan bahwa keluarga tanpa asuransi jiwa memiliki kemungkinan 3 kali lebih besar untuk menerima bantuan sosial pemerintah setelah kehilangan pencari nafkah, dibandingkan dengan keluarga yang memiliki asuransi. Ini menunjukkan bagaimana penetrasi asuransi yang lebih tinggi bisa mengurangi beban fiskal negara.
Selain itu, anak-anak dari keluarga dengan stabilitas finansial lebih baik (berkat asuransi) cenderung memiliki prestasi akademik lebih baik dan kemungkinan lebih kecil terlibat kenakalan remaja. "Ada korelasi kuat antara stabilitas finansial keluarga dengan outcomes sosial positif pada anak-anak," kata Dr. Hendra Wijaya, sosiolog dari Universitas Gadjah Mada. Ini menunjukkan bagaimana asuransi jiwa juga berkontribusi pada stabilitas sosial secara lebih luas.
Mitos dan Fakta Seputar Asuransi Jiwa
Mitos: "Asuransi Jiwa Cuma untuk Orang Kaya"
Banyak yang beranggapan asuransi jiwa itu cuma untuk kaum berada. Padahal, justru mereka yang penghasilannya pas-pasan yang paling membutuhkan perlindungan ini! Kehilangan satu-satunya sumber pendapatan bagi keluarga berpenghasilan rendah bisa jauh lebih devastatif dibanding keluarga kaya yang punya banyak aset.
Faktanya, sekarang udah banyak produk asuransi jiwa dengan premi sangat terjangkau, mulai dari Rp 100-200 ribu per bulan. Bahkan ada produk mikro yang preminya cuma puluhan ribu rupiah per bulan, khusus ditargetkan untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Jadi, nggak ada alasan lagi untuk bilang "belum mampu" beli asuransi jiwa.
Budi, seorang ojek online di Jakarta, bercerita: "Awalnya saya pikir asuransi itu buat orang kantoran aja. Tapi setelah dapat edukasi dari komunitas ojol, saya sadar kalau justru kita yang kerjanya berisiko tinggi di jalan raya ini yang paling butuh. Sekarang saya punya asuransi jiwa dengan premi Rp 150 ribu per bulan, dan itu membuat saya tenang kalau mikirin anak istri."
Mitos: "Masih Muda, Belum Perlu Asuransi"
Ada anggapan umum bahwa asuransi jiwa itu cuma untuk orang yang udah tua atau udah punya tanggungan keluarga. Padahal, justru saat masih muda inilah waktu terbaik untuk mulai punya asuransi jiwa! Kenapa? Karena preminya jauh lebih murah dan requirement kesehatannya juga lebih mudah untuk dilewati.
Data dari Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menunjukkan bahwa premi untuk orang berusia 25 tahun bisa setengah atau bahkan sepertiga dari premi untuk orang berusia 45 tahun untuk nilai pertanggungan yang sama. Selain itu, memulai lebih awal berarti proteksi lebih panjang dan nilai tunai yang terbentuk (untuk produk unit link) juga bisa jauh lebih besar.
"Saya mulai beli asuransi jiwa sejak usia 22 tahun, tepat setelah lulus kuliah dan dapat kerja pertama," kata Dian, seorang marketing executive berusia 30 tahun. "Sekarang, dengan premi yang sama, teman-teman sebaya saya hanya dapat pertanggungan separuh dari yang saya dapat karena mereka baru mulai di usia 30-an."
Mitos: "Uang Pertanggungan Asuransi Kena Pajak Besar"
Banyak orang khawatir kalau uang pertanggungan asuransi jiwa bakal dipotong pajak gede, sehingga manfaatnya jadi berkurang. Padahal, di Indonesia, uang pertanggungan asuransi jiwa itu BEBAS PAJAK! Ini adalah salah satu keuntungan besar yang sering nggak disadari masyarakat.
Berdasarkan ketentuan perpajakan di Indonesia, santunan asuransi jiwa yang diterima ahli waris tidak termasuk objek pajak penghasilan. Artinya, jika polis asuransi kamu senilai Rp 1 miliar, maka ahli waris kamu akan menerima penuh Rp 1 miliar tersebut tanpa potongan pajak apapun. Bandingkan dengan warisan dalam bentuk lain seperti properti atau investasi yang mungkin kena berbagai jenis pajak!
Ahmad, seorang konsultan pajak, menjelaskan: "Dari segi perencanaan keuangan dan estate planning, asuransi jiwa adalah salah satu instrumen transfer kekayaan paling efisien karena bebas pajak dan prosesnya relatif cepat dibanding pembagian harta warisan konvensional yang bisa memakan waktu berbulan-bulan."
Memilih Asuransi Jiwa yang Tepat di Era Digital 2025
Dengan makin banyaknya pilihan produk asuransi jiwa di pasaran, memilih yang tepat bisa jadi tantangan tersendiri. Berikut beberapa tips praktis untuk memilih asuransi jiwa yang sesuai dengan kebutuhanmu di era digital 2025:
1. Tentukan Dulu Kebutuhanmu
Sebelum hunting asuransi jiwa, tanyakan dulu sama diri sendiri: untuk apa sih sebenernya kamu butuh asuransi? Apakah untuk melindungi tanggungan (pasangan, anak, orangtua)? Atau untuk investasi? Atau mungkin untuk perencanaan pensiun? Kebutuhan yang berbeda akan mengarah ke produk asuransi yang berbeda pula.
Kalau fokus utama kamu adalah proteksi dengan premi semurah mungkin, term life insurance bisa jadi pilihan tepat. Tapi kalau kamu juga pengen ada elemen investasi, produk unit link atau whole life mungkin lebih cocok. Untuk perencanaan pensiun, asuransi jiwa dengan fitur annuity (pembayaran berkala) bisa jadi solusi menarik.
Pro tip: Buat daftar prioritas kebutuhanmu dan diskusikan dengan keluarga. Pertimbangkan juga tahapan hidup kamu sekarang—single, baru menikah, atau sudah punya anak?—karena ini akan mempengaruhi jenis proteksi yang kamu butuhkan.
2. Hitung Jumlah Pertanggungan yang Diperlukan
Berapa sih nilai asuransi jiwa yang cukup? Rule of thumb-nya adalah 10-15 kali penghasilan tahunan kamu. Tapi ini bisa bervariasi Apakah Asuransi Jiwa Bisa Dicairkan Sebelum Meninggal tergantung berapa tanggungan kamu, berapa besar hutang yang kamu miliki, dan berapa lama keluarga kamu perlu dukungan finansial kalau kamu nggak ada.
Di era digital 2025, banyak aplikasi dan kalkulator online yang bisa membantu kamu menghitung kebutuhan asuransi secara lebih presisi. Masukkan variabel seperti penghasilan, hutang, biaya pendidikan anak, dan lama waktu keluarga butuh support finansial, maka kamu akan dapat rekomendasi nilai pertanggungan yang lebih akurat.
"Jangan asal ikut-ikutan tetangga atau teman yang punya asuransi 1 miliar," kata Rina Novita, perencana keuangan independen. "Setiap keluarga punya struktur keuangan berbeda. Ada yang butuh 500 juta sudah cukup, ada yang butuh 2 miliar masih kurang. Personalisasi adalah kunci."
3. Bandingkan Premi dan Manfaat dari Berbagai Perusahaan
Di tahun 2025, transparansi informasi makin tinggi berkat regulasi OJK yang makin ketat. Manfaatkan marketplace asuransi online untuk membandingkan berbagai produk dari berbagai perusahaan. Perhatikan tidak hanya preminya, tapi juga cakupan manfaat, pengecualian, dan reputasi perusahaan.
Jangan tergiur semata-mata karena premi murah. Cek juga track record perusahaan dalam pembayaran klaim, layanan nasabah, dan kesehatan keuangan perusahaan (yang bisa dilihat dari laporan keuangan tahunan yang wajib dipublikasikan). Terkadang, membayar sedikit lebih mahal untuk mendapatkan layanan dan ketenangan pikiran yang lebih baik adalah keputusan yang bijak.
Fitur aplikasi perbandingan asuransi terbaru bahkan memungkinkan kamu melihat review dan rating dari nasabah existing. Ini bisa jadi input berharga dalam pengambilan keputusan. "Saya baca review dulu di aplikasi sebelum memutuskan beli asuransi X," kata Farhan, nasabah asuransi jiwa milenial. "Review dari orang yang udah pernah klaim jauh lebih berharga dibanding janji-janji marketing."
4. Manfaatkan Teknologi untuk Proses yang Lebih Mudah
Di era digital 2025, proses aplikasi asuransi jiwa udah jauh lebih simpel dibanding 5-10 tahun lalu. Banyak perusahaan asuransi yang udah punya platform digital dimana kamu bisa apply, melakukan medical check-up virtual, dan mendapatkan approval dalam hitungan jam, bukan hari atau minggu seperti dulu.
Beberapa inovasi terbaru bahkan memungkinkan underwriting otomatis berbasis AI yang bisa memberikan keputusan instan untuk aplikasi asuransi jiwa dengan nilai pertanggungan tertentu. Wearable device juga mulai diintegrasikan dengan polis asuransi, memungkinkan nasabah yang punya gaya hidup sehat untuk mendapatkan diskon premi.
"Dulu prosesnya ribet banget, harus ketemu agen, isi form panjang, medical check-up, nungguin approval berhari-hari," kata Dimas, nasabah yang baru beli asuransi jiwa online. "Sekarang cuma 20 menit dari mulai aplikasi sampai polis aktif. Teknologi bener-bener mengubah industri ini."
5. Baca Polis dengan Teliti Sebelum Setuju
Ini mungkin yang paling membosankan, tapi juga yang paling penting: baca dokumen polis dengan seksama! Perhatikan terutama bagian pengecualian (exclusions), masa tunggu (waiting period), dan ketentuan tentang premi (apakah bisa naik di masa depan?).
Untungnya, di tahun 2025, banyak dokumen polis yang udah disederhanakan dan dilengkapi dengan visualisasi yang memudahkan pemahaman. Beberapa perusahaan bahkan udah punya fitur "polis interaktif" di aplikasi mereka, dimana kamu bisa mengklik bagian tertentu untuk mendapatkan penjelasan lebih detail dalam bahasa yang mudah dimengerti.
"Jangan malu untuk bertanya ke agen atau customer service kalau ada poin yang nggak jelas," saran Dian Kusuma, edukator asuransi independen. "Memahami polis dengan baik sebelum membeli akan menghindarkan kamu dari kekecewaan saat mengajukan klaim nanti."
Studi Kasus: Bagaimana Asuransi Jiwa Menyelamatkan Keluarga Indonesia
Keluarga Budi: Dari Ambang Kebangkrutan ke Stabilitas Finansial
Budi (alm), seorang karyawan swasta dengan penghasilan Rp 15 juta per bulan, meninggal mendadak karena serangan jantung di usia 42 tahun. Saat itu, dia meninggalkan istri yang tidak bekerja dan dua anak yang masih sekolah (SD dan SMP). Selain itu, keluarga ini masih punya cicilan KPR senilai Rp 800 juta dengan tenor tersisa 15 tahun.
Untungnya, Budi punya asuransi jiwa dengan nilai pertanggungan Rp 1,5 miliar. Dengan uang ini, istrinya, Santi, bisa melunasi sisa KPR sehingga keluarga tidak perlu khawatir tentang tempat tinggal. Sisa uang diinvestasikan dengan bantuan perencana keuangan, sehingga menghasilkan passive income sekitar Rp 5-6 juta per bulan—cukup untuk kebutuhan dasar keluarga sambil Santi membangun usaha katering yang kini makin berkembang.
"Saya tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada kami kalau Budi tidak meninggalkan asuransi," kata Santi. "Mungkin kami sudah terpaksa pindah, anak-anak pindah ke sekolah yang lebih murah, dan hidup kami berantakan. Asuransi jiwa benar-benar jadi penyelamat keluarga kami."
Keluarga Ahmad: Pendidikan Anak Tetap Terjamin
Ahmad, seorang dokter di Bandung, sadar akan risiko pekerjaannya terutama saat pandemi. Dia memutuskan untuk membeli asuransi jiwa dengan rider pendidikan untuk kedua anaknya yang masih SD. Keputusan ini terbukti sangat tepat ketika dia meninggal karena COVID-19 di tahun 2021.
Berkat asuransi pendidikan yang dia tinggalkan, kedua anaknya kini bisa melanjutkan sekolah di institusi terbaik. Bahkan, anak pertamanya yang sekarang sudah kuliah di fakultas kedokteran mendapatkan biaya kuliah penuh dari manfaat asuransi tersebut. Sementara itu, istrinya bisa fokus membesarkan anak-anak tanpa stres soal biaya pendidikan.
"Suami saya selalu bilang pendidikan anak adalah prioritas utama," kenang Nita, istri Ahmad. "Dengan asuransi jiwa plus pendidikan yang dia siapkan, impiannya untuk melihat anak-anak mendapatkan pendidikan terbaik tetap terwujud meski dia sudah tidak bersama kami."
Keluarga Rini: Bisnis Keluarga Selamat dari Kebangkrutan
Rini dan suaminya, Joko, adalah pemilik bisnis katering yang cukup sukses di Surabaya dengan omzet Rp 500 juta per bulan. Sebagai pasangan wirausaha, mereka sadar akan pentingnya asuransi jiwa untuk melindungi bisnis mereka, sehingga keduanya membeli polis asuransi jiwa khusus untuk business protection.
Ketika Joko meninggal karena kecelakaan, bisnis mereka sempat goyah karena dialah yang menangani sebagian besar operasional. Namun, uang pertanggungan asuransi sebesar Rp 2 miliar memberikan Rini waktu dan sumber daya untuk merestrukturisasi bisnis, merekrut manajer operasional baru, dan bahkan melakukan ekspansi yang sudah direncanakan sebelumnya.
"Asuransi jiwa tidak hanya menyelamatkan keluarga kami secara pribadi, tapi juga menyelamatkan bisnis yang menjadi sumber penghidupan 15 karyawan kami," kata Rini. "Ini bukan hanya tentang kami, tapi juga tentang komunitas kecil yang bergantung pada keberlangsungan bisnis ini."
Ya itu saja informasi yang kami sampaikan tentang Asuransi Jiwa Apakah Penting?. Semoga bisa bermanfaat, dan anda bisa mencari topik serupa lainnya disini Asuransi Terimakasih.